Penggolongan
Koloid
Selama ini sobat Materi Kimia SMA, memahami bahwa campuran
ada dua macam, yaitu campuran homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi).
Di antara dua keadaan ini, ada satu jenis campuran yang menyerupai larutan
sejati, tetapi sifat-sifat yang dimilikinya berbeda sehingga tidak dapat
digolongkan sebagai larutan sejati maupun suspensi. Larutan seperti ini
disebut koloid.
Lihat gambar disamping.
(a) merupakan Sistem larutan (homogen dan transparan),
(b) Sistem suspensi (heterogen), dan (c) merupakan Sistem koloid (homogen,
tetapi tidak transparan)
Makna Koloid
Pernahkah sobat membuat kanji dari tepung tapioka? Jika
tepung tapioka dicampurkan dengan air dingin tidak terbentuk larutan melainkan
suspensi sebab kanji tidak larut dalam air dingin. Akan tetapi, jika dipanaskan
maka campuran tersebut akan membentuk larutan yang sangat kental. Apakah kanji
yang terbentuk layak disebut larutan? Ada beberapa persamaan dan perbedaan
antara kanji dan larutan sejati. Persamaan antara kanji dan larutan sejati
adalah membentuk satu fasa dan tidak dapat dipisahkan. Perbedaannya, kanji
tidak transparan terhadap cahaya dan ukuran partikel zat terlarut relatif lebih
besar, dan banyak lagi sifat lainnya.
Oleh karena banyak perbedaan antara larutan sejati dan
kanji maka diperlukan definisi baru untuk larutan sejenis kanji. Pakar kimia
menggolongkan kanji ke dalam golongan khusus yang disebut sistem koloid.
Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara suspensi kasar dan
larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspensi kasar sehingga
tidak membentuk fasa terpisah, tetapi tidak cukup kecil jika dibandingkan
larutan sejati.
Dalam larutan sejati, molekul, atom, atau ion terlarut
secara homogen di dalam pelarut. Dalam sistem koloid, partikel-partikel koloid
terdispersi secara homogen dalam mediumnya. Oleh karena itu, partikel koloid
disebut sebagai fasa terdispersi dan mediumnya disebut sebagai medium
pendispersi. Perhatikan persamaan dan perbedaan sifat dari larutan sejati, dan
suspensi pada tabel berikut.
Variabel
|
Larutan
Sejati
|
Koloid
|
Suspensi
|
Ukuran
Partikel
|
10-8 –
10 -7
|
10-8 –
10 -4
|
10-3 –
10 -1
|
Fasa
Campuran
|
Satu
fasa
|
Satu
fasa
|
Polifasa
|
Penembusan
Oleh Cahaya
|
Transparan
|
Transparan
|
Tidak
Transparan
|
Penyaringan
|
Tidak
terpisahkan
|
Tidak
terpisahkan
|
Terpisahkan
|
Kestabilan
|
Sangat
stabil
|
Beragam
|
Tidak
stabil
|
Penggolongan Koloid
Sama seperti larutan sejati, dalam sistem koloid zat
terdispersi maupun pendispersi dapat berupa gas, cairan, maupun padatan. Oleh
sebab itu, ada delapan macam sistem koloid seperti disajikan pada tabel
berikut.
Jika ditinjau dari tabel
tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi baik yang dihasilkan
dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.
Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob
memiliki kestabilan rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi.
Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil
berarti menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka
digunakan istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.
Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya
dengan cara pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari
dehidrasi (penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium
pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya
dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan cenderung
mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam
bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur
adalah koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif
singkat. Namun, ada juga koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol
emas. Sol emas dalam medium air dapat bertahan sangat lama. Sol emas yang
dibuat oleh Mi hael Faraday pada 1857 sampai saat ini masih berupa sol emas dan
disimpan di museum London.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irre
ersible). Jika koloid hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid
tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air.
Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol
logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut.
Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid
protektif atau koloid pelindung.
Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel
koloid dengan cara melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein
bertindak sebagai koloid protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai
koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.
Sifat
sifat Koloid
Sobat Materi
Kimia SMA, apa saja sifat-sifat
dari koloid? Suatu larutan digolongkan ke dalam sistem
koloid jika memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan larutan sejati. Beberapa
sifat fisika yang membedakan sistem
koloid dari larutan sejati, di antaranya:
Gerak Brown
Jika mikroskop optik diarahkan pada suatu dispersi koloid dengan arah
tegak lurus terhadap berkas cahaya yang dilewatkan maka akan tampak
partikel-partikel koloid. Akan tetapi, partikel yang tampak bukan sebagai
partikel dengan bentuk yang tegas melainkan bintik-bintik terang. Dengan
mengikuti gerakan bintik-bintik cahaya, sobat dapat melihat bahwa partikel
koloid bergerak terus menerus secara acak menurut jalan yang zig-zag. Pererakan
acak partikel koloid dalam suatu medium disebut gerak Brown.
Robert Brown tidak dapat menjelaskan mengapa partikel koloid dapat
bergerak acak dan berliku. Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti itu dijelaskan
secara matematika oleh Albert Einstein. Einstein menunjukkan bahwa partikel
yang bergerak dalam suatu medium akan menunjukkan suatu gerakan acak seperti
gerak Brown akibat tumbukan antarpartikel yang tidak merata.
Efek Tyndall
Ketika cahaya senter dilewatkan ke dalam sistem koloid maka cahaya
tersebut akan dipantulkan oleh partikel-partikel koloid ke segala arah sehingga
tampak sebagai hamburan cahaya (lihat gambar disamping). Gejala pemantulan
cahaya oleh partikel koloid dinamakan efek Tyndall. Dengan demikian, efek
Tyndall dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membedakan sistem koloid dan
larutan sejati.
Air dan minyak zaitun, masing-masing dapat tembus cahaya, tetapi jika
keduanya dicampurkan akan terbentuk sistem koloid seperti susu. Campuran ini
dapat menghamburkan cahaya.
Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat
listrik pada permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya Van der waals bahkan
ikatan valensi yang dapat mengikat partikel-partikel zat asing.
Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel koloid disebut adsorpsi
Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang tebalnya tidak
lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka koloid akan
bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu kation
maka koloid akan bermuatan positif. Jika yang diadsorpsi partikel netral,
koloid akan bersifat netral.
Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel lain
maka sistem koloid dapat membentuk agregat sangat besar berupa jaringan,
seperti pada jel. Sebaliknya, agregat yang besar dapat dipecah menjadi agregat
kecil-kecil seperti pada sol.
Elektroforesis
Oleh karena zat-zat terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki
muatan lisrik maka zat tersebut dalam medan listrik dapat bergerak ke arah
elektrode yang berlawanan muatan. Migrasi partikel koloid dalam medan listrik
disebut peristiwa elektroforesis.
Elektroforesis banyak digunakan dalam industri, misalnya pelapisan
antikarat (cat) pada badan mobil. Partikel-partikel cat yang bermuatan listrik
dioleskan pada badan mobil yang dialiri muatan listrik berlawanan dengan muatan
cat. Pelapisan logam dengan cat secara elektroforesis lebih kuat dibandingkan
cara konvensional seperti pakai kuas.
Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara
menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari membran
semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen. Selanjutnya merendam kantong
tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki
ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah
melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan
tetap berada di dalam kantung membran.
Kesetabilan
Koloid
Sobat Materi
Kimia SMA, sistem
koloid pada dasarnya stabil selama tidak ada
gangguan dari luar. Kestabilan
koloid bergantung pada macam zat terdispersi
dan mediumnya. Ada koloid yang sangat stabil, ada juga koloid yang
kestabilannya rendah. Koloid-koloid yang stabil dapat menjadi suspensi atau
larutan sejati jika diganggu.
Kestabilan koloid pada umumnya disebabkan oleh adanya muatan listrik
pada permukaan partikel koloid, akibat mengadsorpsi ion-ion dari medium
pendispersi. Jika larutan asam arsenat direaksikan dengan gas H2S,
akan terbentuk larutan arsen(III) sulfida menurut persamaan:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(aq)
+ 6H2O(l)
Oleh karena H2S dalam air dapat terionisasi membentuk ion H+ dan ion HS–, arsen(III)
sulfida memiliki kemampuan mengadsorpsi ion HS–. Oleh karenanya,
pada kondisi tertentu larutan As2S3 akan membentuk koloid bermuatan
negatif berupa sol arsen(III) sulfida.
Mengapa sol As2S3 bersifat stabil? Hal ini disebabkan
partikel-partikel koloid yang terbentuk bermuatan sejenis, yakni muatan
negatif. Menurut konsep fisika, muatan sejenis akan saling tolak-menolak
sehingga partikel-partikel As2S3 tidak pernah berkoagulasi menjadi
endapan.
Destabilisasi Koloid
Oleh karena kestabilan koloid disebabkan oleh muatan listrik pada
permukaan partikel koloid maka penetralan muatan partikel koloid dapat menurunkan
bahkan menghilangkan kestabilan koloid. Penetralan muatan partikel koloid
menyebabkan bergabungnya partikel-partikel koloid menjadi suatu agregat sangat
besar dan mengendap, akibat adanya gaya kohesi antarpartikel koloid. Proses
pembentukan agregat dari partikel-partikel koloid hingga menjadi berukuran
suspensi kasar dinamakan koagulasi atau penggumpalan dispersi koloid.
Penetralan muatan koloid dapat dilakukan dengan cara menambahkan zat-zat
elektrolit ke dalam sistem koloid, seperti ion-ion Na+, Ca2+,
dan Al3+. Kecepatan koagulasi bergantung pada jumlah muatan
elektrolit. Makin besar muatan elektrolit, makin cepat proses koagulasi
terjadi. Penambahan ion Al3+ ke
dalam sistem koloid yang bermuatan negatif, seperti sol As2O3 lebih cepat dibandingkan dengan
ion Mg2+ atau ion Na+.
Gejala koagulasi pada dispersi koloid dengan cara penetralan muatan
koloid dapat dilihat pada pembentukan delta di muara sungai yang menuju laut.
Pembentukan delta di muara sungai disebabkan oleh koagulasi lumpur yang
bermuatan negatif oleh zat-zat elektrolit dalam air laut, seperti ion-ion Na+ dan Mg2+.
Ketika lumpur tersebut sampai di muara (pertemuan sungai dan laut), di
laut sudah tersedia ion-ion seperti Na+ dan Mg2+. Akibatnya, lumpur
kehilangan muatannya dan beragregat satu dengan lainnya membentuk delta. Proses
koagulasi dispersi koloid bermanfaat bagi manusia, terutama pada penjernihan
air dan penyaringan udara.
Prinsip koagulasi partikel koloid dengan cara penetralan juga dipakai
untuk menyaring asap yang dibuang melalui cerobong pabrik. Asap industri dan
debu jalanan yang terdiri atas partikel karbon, oksida logam, dan debu dapat
diendapkan menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrell, seperti
ditunjukkan pada gambar disamping.
Asap dan debu dilewatkan ke dalam pengendap Cottrell. Dalam alat
tersebut terdapat kisi-kisi elektrode bertegangan tinggi yang dialiri arus
listrik searah. Partikel-partikel debu yang bermuatan akan dinetralkan hingga
membentuk agregat sangat besar, yang akhirnya mengendap di bagian dasar pengendap
Cottrell.
Pembuatan
Koloid
Oleh karena ukuran partikel koloidberada pada rentang antara
larutan sejati dan suspensi kasar, makapembuatan
koloid dapat sobat Materi Kimia SMA lakukan melalui dua
cara, yaitu:
1.
Pemecahan partikel-partikel besar menjadi
partikel berukuran koloid. Cara ini disebut cara dispersi.
2.
Pembentukan agregat dari molekul-molekul
kecil berukuran larutan menjadi berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara
kondensasi
Pembuatan koloid secara
dispersi
Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk
membuat koloid yang tergolong cara dispersi adalah cara mekanik, cara
peptisasi, homogenisasi, dan cara busur listrik Bredig.
a. Cara Mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi
partikel berukuran koloid melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan
penggerusan. Zat-zat yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke
dalam medium pendispersi.
Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada
pembuatan tahu dan kecap. Pembuatan cat di industri, caranya bahan cat digiling
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi, seperti air.
Teknik penumbukan dan pengadukan banyak digunakan dalam
pembuatan makanan, seperti kue tart dan mayones. Kuning telur, margarin, dan
gula pasir yang sudah dihaluskan, kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi
koloid.
b. Cara Busur Listrik Bredig
Arus listrik bertegangan
tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan terdispersi).
Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung
elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik.
Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk
atom-atomnya dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol. Perhatikan
gambar disamping, logam-logam yang dapat membentuk sol dengan cara ini adalah
platina, emas, dan perak.
c. Cara Peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar
dengan cara memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian,
menambahkan ion-ion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid
sampai koloid menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk
partikel-partikel berukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang
teradsorpsi pada permukaan partikel koloid.
Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid jika ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan
ke dalam air. Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi
ion-ion OH– dan terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil.
d. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin penghomogen sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada
pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid
dengan cara melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika
ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam
medium pendispersi.
Pembuatan koloid secara
Kondensasi
Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil
(berukuran larutan sejati) diperbesar menjadi partikel-partikel berukuran
koloid. Dengan kata lain, larutan sejati diubah menjadi dispersi koloid.
Pembentukan kabut dan awan di udara merupakan contoh
pembentukan aerosol cair melalui kondensasi molekul-molekul air membentuk
kerumunan (cluster). Cara kondensasi umumnya dilakukan melalui reaksi kimia.
Tiga macam reaksi yang dapat menghasilkan kondensasi adalah reaksi hidrolisis,
reaksi redoks, dan reaksi metatesis.
a. Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan
larutan asam klorida akan terbentuk partikel berukuran koloid. Persamaan
reaksinya sebagai berikut.
Na2S2O3 + 2HCl
→2NaCl + H2SO3 + S
Partikel berukuran koloid terbentuk akibat belerang
beragregat sampai berukuran koloid membentuk sol belerang. Jika konsentrasi
pereaksi dan suhu reaksi tidak dikendalikan, dispersi koloid tidak akan
terbentuk sebab partikel belerang akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan
mengendap.
b. Reaksi Redoks
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas(III)
klorida dengan formalin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
2AuCl3 + CH4O + 3H2O
→2Au + 6HCl + CH4O2
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas,
kemudian beragregat menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid
distabilkan oleh ion-ion OH– yang teradsorpsi pada permukaan
partikel koloid. Ion-ion OH– ini berasal dari ionisasi air.
c. Reaksi Hidrolisis
Besi(III) klorida jika dilarutkan dalam air akan
mengionisasi air membentuk ion OH–dan H+. Ion-ion OH– bereaksi
dengan besi(III) klorida membentuk besi(III) hidroksida. Persamaan reaksinya
sebagai berikut.
FeCl3 + 3H2O →Fe(OH)3 +
3HCl
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang
terbentuk lebih besar dari ukuran larutan sejati, tetapi tidak cukup besar
untuk mengendap. Selain itu, koloid Fe(OH)3 yang terbentuk
distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari larutan.
Pengubahan Medium
Pendispersi
Kondensasi dapat terjadi jika kelarutan zat dikurangi
dengan cara mengubah pelarut. Contoh, jika larutan belerang jenuh dalam etanol
dituangkan ke dalam air, akan terbentuk sol belerang. Hal ini akibat terjadinya
penurunan kelarutan belerang dalam campuran air-etanol.
Pembentukan larutan koloid dengan cara mengurangi
kelarutan dapat diamati pada saat air ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung
indikator fenolftalein. Akibatnya, akan terbentuk koloid yang berwarna putih
seperti susu.
Soal!
1.
Di bawah ini merupakan system koloid adalah .…
A. Air gula
B. Air soda
C. Air kanji
D. Bensin
E. Larutan garam
2. Yang merupakan ciri sistem koloid di bawah ini, kecuali ….
A. Relatif stabil
B. Terdiri dari dua fasa
C. Homogen
D. menghamburkan cahaya
E. tidak dapat disaring
3. Susu merupakan sistem koloid ….
A. cair dalam cair
B. padat dalam cair E. padat dalam padat
C. gas dalam cair
D. cair dalam padat
E. padat dalam padat
4. Gerak Brown terjadi karena ….
A.Tolak-menolak antar partikel koloid yang muatannya sama
B.Tarik-menarik antar partikel koloid yang berbeda muatan
C.Tumbukkan antar partikel koloid
D.Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid
E.Gaya gravitasi
5. Reaksi pembuatan koloid berikut:
I. 2H2S + SO2 → 2H2O + 3S
II. As2O3 + 3H2S → As2S3 + 3H2O
III. AgNO3 + HCl → AgCl + HNO3
IV. 2H2AsO3 + 3H2S → 6H2O + As2O3
V. FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3HCl
Pembuatan koloid melalui reaksi redoks terdapat pada reaksi ….
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
6. Diantara sistem, dispersi di bawah ini yang termasuk emulsi ialah ….
A. Jeli
B. Cat
C. Susu
D. Kanji
E. Agar-agar
7. Yang termasuk koloid padat dalam gas adalah ….
A. Embun
B. Asap
C. Kabut
D. buih
E. batu apung
8. Salah satu langkah pada proses penjernihan air PAM adalah proses .…
A. Dispersi
B. Kondensasi
C. Koagulasi
D. Emulsi
E. Dialisa
9. Salah satu contoh koloid yang tergolong sol liofil .…
A. Selai
B. Buih
C. Asap
D. Embun
E. Batu apung
10.Emulsi merupakan sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya adalah ….
A. Gas – gas
B. Cair – padat
C. Cair – gas
D. gas – cair
E. cair – cair
A. Air gula
B. Air soda
C. Air kanji
D. Bensin
E. Larutan garam
2. Yang merupakan ciri sistem koloid di bawah ini, kecuali ….
A. Relatif stabil
B. Terdiri dari dua fasa
C. Homogen
D. menghamburkan cahaya
E. tidak dapat disaring
3. Susu merupakan sistem koloid ….
A. cair dalam cair
B. padat dalam cair E. padat dalam padat
C. gas dalam cair
D. cair dalam padat
E. padat dalam padat
4. Gerak Brown terjadi karena ….
A.Tolak-menolak antar partikel koloid yang muatannya sama
B.Tarik-menarik antar partikel koloid yang berbeda muatan
C.Tumbukkan antar partikel koloid
D.Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid
E.Gaya gravitasi
5. Reaksi pembuatan koloid berikut:
I. 2H2S + SO2 → 2H2O + 3S
II. As2O3 + 3H2S → As2S3 + 3H2O
III. AgNO3 + HCl → AgCl + HNO3
IV. 2H2AsO3 + 3H2S → 6H2O + As2O3
V. FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3HCl
Pembuatan koloid melalui reaksi redoks terdapat pada reaksi ….
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
6. Diantara sistem, dispersi di bawah ini yang termasuk emulsi ialah ….
A. Jeli
B. Cat
C. Susu
D. Kanji
E. Agar-agar
7. Yang termasuk koloid padat dalam gas adalah ….
A. Embun
B. Asap
C. Kabut
D. buih
E. batu apung
8. Salah satu langkah pada proses penjernihan air PAM adalah proses .…
A. Dispersi
B. Kondensasi
C. Koagulasi
D. Emulsi
E. Dialisa
9. Salah satu contoh koloid yang tergolong sol liofil .…
A. Selai
B. Buih
C. Asap
D. Embun
E. Batu apung
10.Emulsi merupakan sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya adalah ….
A. Gas – gas
B. Cair – padat
C. Cair – gas
D. gas – cair
E. cair – cair
Jawabannyadong kakkkk
BalasHapus